Memulai bisnis kuliner bukan cuma soal menu lezat dan promosi yang menarik. Satu elemen penting yang sering dilupakan: pemilihan supplier bahan baku. Kesalahan dalam memilih supplier bisa berdampak fatal, mulai dari kualitas makanan menurun hingga kepercayaan pelanggan runtuh.
Kalau kamu baru memulai atau ingin mengembangkan bisnis makanan, artikel ini wajib kamu baca sampai akhir!
1. Tergoda Harga Murah Tanpa Cek Kualitas
“Murah belum tentu untung kalau akhirnya bikin pelanggan kecewa.”
Banyak pebisnis pemula tergoda dengan harga bahan baku yang jauh di bawah pasaran. Padahal, bahan baku yang terlalu murah berisiko rendah kualitasnya, bahkan bisa tidak layak konsumsi.
Tips:
Lakukan uji coba bahan baku sebelum kerja sama jangka panjang. Cek sertifikasi keamanan pangan (seperti BPOM, Halal, HACCP), dan bandingkan dengan supplier lain.
2. Tidak Menilai Konsistensi Pengiriman
Satu kali pengiriman tepat waktu bukan jaminan bahwa ke depannya akan selalu mulus. Banyak bisnis makanan merugi karena supplier sering terlambat atau tidak konsisten dalam stok.
Tips:
Tanyakan sistem logistik dan pengalaman kerja sama mereka dengan klien lain. Pastikan mereka punya backup jika terjadi keterlambatan produksi atau pengiriman.
3. Mengabaikan Komunikasi dan Responsivitas
Supplier yang lambat merespons pertanyaan atau keluhan adalah red flag besar. Komunikasi buruk bisa menghambat operasional dapur, terutama saat kamu butuh solusi cepat.
Tips:
Uji respons mereka saat masa trial. Apakah mereka sigap menjawab keluhan, atau justru menghindar saat ada komplain?
4. Tidak Mengecek Legalitas dan Perizinan
Supplier tanpa legalitas bisa menjadi masalah besar jika terjadi audit atau keluhan dari pelanggan. Bahan yang tidak jelas asal-usulnya bisa berujung pada sanksi hukum.
Tips:
Minta dokumen legal seperti SIUP, NPWP, izin edar, hingga surat analisis laboratorium jika perlu. Ini penting apalagi kalau kamu mau ekspansi ke ranah retail atau franchise.
5. Tidak Ada Kontrak atau Perjanjian Tertulis
Masih banyak pelaku usaha yang hanya mengandalkan “kesepakatan lisan” dengan supplier. Ini sangat berisiko. Tanpa kontrak, kamu sulit menuntut jika ada kerugian.
Tips:
Buat kontrak kerja sama yang mencakup:
- Jadwal pengiriman
- Syarat retur
- Sanksi keterlambatan
- Spesifikasi bahan baku
Kesimpulan: Supplier = Mitra, Bukan Sekadar Penjual
Supplier yang tepat bisa jadi kunci sukses jangka panjang. Jangan hanya fokus ke harga, perhatikan kualitas, ketepatan waktu, komunikasi, dan legalitas. Pilih supplier yang bisa jadi mitra pertumbuhan bisnis, bukan hanya pemasok sementara.
Kalau kamu sudah terlanjur bekerja sama dengan supplier yang “bermasalah”, belum terlambat untuk evaluasi dan beralih. Ingat, kualitas bisnis makanan kamu dimulai dari kualitas bahan baku!
Baca juga: Harga Murah Tapi Kualitas Turun? Begini Cara Cek Supplier yang Bisa Diandalkan – Artikel ini membahas cara menilai supplier berdasarkan aspek kualitas, keamanan, dan reputasi di industri makanan.
Sumber:
- FoodSafety.gov – Panduan Keamanan Pangan di AS
- Food Safety Authority of Ireland – Quality Control Guidelines

