Kok ya setiap stres, rasanya ingin makan yang manis-manis?
Entah itu es krim, cokelat, atau dessert favorit, banyak para pekerja hybrid dan ibu muda mengalami momen di mana camilan manis terasa seperti penyelamat di tengah hari yang penuh tekanan.
Faktanya, kebiasaan ini bukan sekadar kebetulan. Ada alasan ilmiah dan emosional mengapa camilan manis bisa berperan sebagai terapi emosi. Yuk, kita bahas dari sisi psikologinya!
Emosi dan Makanan: Si Manis Penggugah Bahagia
Menurut American Psychological Association, konsumsi makanan manis dapat memicu pelepasan dopamin dan serotonin, dua hormon yang berperan dalam perasaan senang dan tenang. Ini membuat otak kita mengasosiasikan rasa manis dengan perasaan nyaman.
“Gula adalah bentuk cepat dari kesenangan. Tapi ketika dikonsumsi dengan sadar, bisa menjadi alat untuk membantu meredakan stres,” – Dr. Susan Albers, psikolog klinis dan penulis buku Mindful Eating.
Jadi, saat kita merasa cemas atau kelelahan secara emosional, otak secara otomatis mencari ‘jalan pintas’ untuk menciptakan rasa aman, dan camilan manis menjadi jawabannya.
Kenapa Rasa Manis Menggugah Kenangan dan Rasa Aman?
Rasa manis juga membawa unsur nostalgia. Dalam budaya Indonesia, makanan manis sering kali hadir di momen spesial: ulang tahun, hari raya, hingga camilan masa kecil seperti es krim atau dodol. Itulah sebabnya, camilan manis bisa membangkitkan rasa nyaman yang berkaitan dengan masa lalu yang menyenangkan.
Camilan Manis Sehat, Emosi Tetap Stabil
Meski begitu, penting juga untuk memperhatikan jenis camilan manis yang kita konsumsi. Gula berlebih bisa memicu masalah kesehatan jika tidak disikapi dengan bijak. Solusinya?
Pilih camilan manis yang alami, tanpa pemanis buatan, dan rendah kalori. Salah satu contohnya adalah Frutta Gelato, gelato alami dengan rasa buah asli yang lembut dan tidak mengandung bahan berbahaya.
Gelato bisa jadi pilihan ideal karena memiliki kadar lemak dan gula yang lebih rendah dibandingkan es krim biasa.
Terapi Emosi Lewat Mindful Eating
Makan camilan manis bisa menjadi bentuk self-care yang sehat, jika dilakukan secara sadar. Ini dikenal dengan istilah mindful eating, makan dengan kesadaran penuh, menghargai setiap gigitan, dan mengenali apa yang tubuh kita butuhkan.
Contoh praktiknya: setelah hari kerja yang melelahkan, Anda duduk di balkon sambil menikmati satu cup Frutta Gelato. Tidak berlebihan, tidak sambil multitasking, tapi fokus pada momen kecil itu. Ternyata, efeknya bukan hanya kenyang, tapi juga tenang.
Kesimpulan: Boleh Ngemil Manis, Asal Tahu Batas
Camilan manis memang bukan musuh, apalagi jika dikonsumsi secara sadar dan bijak. Justru, ia bisa menjadi bagian dari strategi self-care yang menyenangkan dan menyembuhkan. Jadi, jangan ragu ‘ngetreat’ diri sendiri sesekali. Karena kamu berhak bahagia, bahkan lewat satu scoop gelato!
Baca juga: UMKM Kuliner Naik Kelas? Mulai dari Partner yang Tepat
Sumber:
- American Psychological Association – How food affects mood:
https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2013/eating - Cleveland Clinic – Is Sugar Bad for You?
https://health.clevelandclinic.org/sugar-and-brain