Kenapa Banyak Bisnis Kuliner Gagal di Tahun Pertama? Ini Jawabannya

Kenapa Banyak Bisnis Kuliner Gagal di Tahun Pertama? Ini Jawabannya

Lebih dari 60 % bisnis kuliner di Indonesia tutup dalam 12 bulan pertama operasi. Beberapa tutup bahkan setelah 5 bulan berjalan, fenomena yang tergolong tinggi dan mengkhawatirkan bagi pemula. Namun, jika Anda melihat dari sudut pelanggan, kegagalan ini sering disebabkan karena bisnis gagal memberikan keuntungan nyata kepada pelanggan, baik dari produk, pelayanan, maupun pengalaman secara keseluruhan.

 

Apa yang Benar-benar Dijual? Bukan Sekedar Makanan

Pelanggan memilih kuliner bukan hanya karena rasa, tapi karena: kemudahan, kebersihan, kecepatan, dan nilai yang dirasakan. Bisnis yang gagal biasanya terlalu fokus pada modal atau estetika owner, tanpa memperhatikan apa yang benar-benar dicari pelanggan.

 

Fakta: Tingginya Risiko Kegagalan di Tahun Pertama

Menurut Kompasiana, lebih dari «60 % bisnis kuliner gagal dalam 1 tahun pertama. Di CNN Indonesia, sekitar 54% pengusaha F&B hanya bertahan sekitar 5 bulan apalagi di kondisi pasca‑pandemi. Tantangan utama: kurang modal, lokasi yang tidak tepat, manajemen operasional lemah, dan pemasaran yang tidak efektif.

Faktor Gagal dari Perspektif Pelanggan

1. Kurang Riset Pasar & Tidak Menyesuaikan dengan Pelanggan Lokal

Bisnis sering membuka menu ala luar negeri tanpa menguji selera lokal. Padahal pelanggan Indonesia mencari cita rasa familiar dan nilai tambah seperti kehalalan atau bahan lokal. Tanpa riset, produk bisa saja tidak beresonansi dengan pelanggan.

2. Pengalaman Pelanggan yang Buruk

Staf lambat, antrean panjang, atau kebersihan buruk membuat pelanggan enggan kembali. Menurut studi, pengalaman negatif seperti pelayanan buruk atau delay bisa menjadi alasan utama pelanggan tidak repeat order.

3. Lokasi Tidak Strategis

Lokasi yang sulit dijangkau atau jauh dari target demografis (misalnya middle income atau area perkantoran) akan menyulitkan pelanggan mencapai tempat Anda. Lokasi yang keliru bisa menghancurkan potensi repeat visit.

 

Faktor Internal yang Mengganggu Pelanggan

Modal Terbatas & Skalabilitas

Kekurangan modal seringkali membuat pemilik men-skip pelatihan staff, promosi digital, atau stok bahan sehingga kualitas layanan menurun saat volume order naik.

Tidak Fokus pada USP Pelanggan

Di sinilah Frutta Gelato tampil berbeda: sebagai gelato halal bersertifikat MUI pertama di Indonesia, mereka menciptakan nilai tambah langsung kepada pelanggan yang peduli kehalalan & kualitas tipikal premium.

Operasional & Manajemen yang Tidak Profesional

Banyak pemilik kuliner mengabaikan sistem kasir, inventori, hingga SOP. Akibatnya, stok habis mendadak, biaya menyusut, dan pelanggan kecewa. Kegagalan dalam pengelolaan operasional adalah pintu menuju reputasi buruk

 

Strategi Agar Bisa Bertahan dan Disukai Pelanggan

  1. Riset Pelanggan Mendalam
    Gunakan survei digital atau sampling gratis agar tahu rasa & harga yang diterima pasar. 
  2. Fokus pada Customer Experience
    Pastikan layanan cepat, staf ramah, kebersihan prima. Pengalaman nyaman akan mendorong pelanggan repeat. 
  3. Pilih Lokasi Berdasarkan Profil Pelanggan Target
    Lokasi di pusat keramaian konsumen target, konsistensi hadir di area relevan akan meningkatkan visibilitas dan repeat visit. 
  4. Bangun Unique Selling Point (USP) yang Jelas
    Misalnya: gelato halal premium, bahan lokal organik, kemasan praktis ramah lingkungan, sesuai kebutuhan pelanggan modern.

 

Pelajaran dari Frutta Gelato: Customer‑Driven Benefit

Frutta Gelato mematahkan pola kegagalan dengan pendekatan berbasis pelanggan:

  • Menawarkan gelato halal bersertifikat MUI, menjawab kebutuhan di pasar Muslim sadar halal 
  • Fokus pada kualitas konsistensi rasa, tekstur, dan inovasi menu.
  • Menggunakan pembiayaan syariah (sukuk dan skema kemitraan) untuk memungkinkan harga franchise rendah (~Rp10 juta termasuk peralatan), memperluas akses dan mendorong brand awareness konsumen.

Dengan strategi ini, Frutta memberikan manfaat langsung: produk halal berkualitas, harga transparan, sekaligus pengalaman menyenangkan. Semua itu diwujudkan dalam operasional yang profesional dan manajemen yang customer-centric.

 

Kesimpulan & Ajak Pembaca Bertindak (CTA)

Bisnis kuliner gagal bukan karena ide buruk, tapi sering karena kurang memahami apa yang benar-benar dibutuhkan pelanggan.
Untuk bertahan dan berkembang:

  • Riset pasar & pelanggan 
  • Jaga kualitas layanan & kebersihan 
  • Pilih lokasi yang strategis 
  • Bangun USP yang resonan dengan konsumen 

Ingin contoh produk F&B yang disukai konsumen tanpa bikin ribet owner?


Baca juga: Makan Manis Sebelum Tidur Bisa Picu Gangguan Tidur, Ini Penjelasan dari Ahli!

 

Sumber:

  • Kompasiana: lebih dari 60% bisnis kuliner tutup dalam 12 bulan KOMPASIANA
  • CNN Indonesia: 54% pengusaha F&B hanya bertahan sekitar 5 bulan sasanadigital.com 
  • Studi industri dan market‑analysis: pentingnya pengalaman pelanggan, riset lokal, modal cukup, manajemen & USP simplotfoods.com 
  • Kisah Frutta Gelato sebagai gelato halal bersertifikat MUI dan pembiayaan syariah
Copyright © 2025 Frutta Gelato